Adat Istiadat
Masyarakat Jawa Tengah
Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh
masyarakat Jawa Tengah. Mupu adalah
salah satu di antaranya. Mupu berarti memungut anak. Tujuannya agar kelak juga
dapat menyebabkan hamilnya ibu yang memungut anak. Pada saat si ibu hamil, jika
mukanya tidak kelihatan bersih dan secantik biasanya, disimpulkan bahwa anaknya
adalah laki-laki. Jika sebaliknya, maka anaknya perempuan.
Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh
bulanan atau mitoni. Pada acara ini disiapkan sebuah kelapa gading dengan
gambar wayang Dewa Kamajaya (jika laki-laki akan tampan seperti Dewa Kamajaya)
dan Dewi Kamaratih (jika perempuan akan cantik seperti Dewi Kamaratih),
gudangan (sayuran) yang dibumbui, lauk lainnya, serta rujak buah.
Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan
brokohan. Pada brokohan ini biasanya disediakan nasi tumpeng lengkap dengan
sayur dan lauknya. Ketika bayi berusia 35 hari, diadakan acara slametan
selapanan. Pada acara ini rambut sang bayi dipotong habis. Tujuannya agar
rambut sang bayi tumbuh lebat.
Adat selanjutnya adalah tedak-siten. Adat ini dilakukan pada
saat sang bayi berusia 245 hari. Ini adalah adat di mana sang bayi untuk
pertama kalinya menginjakkan kaki ke atas tanah.
Setelah si anak berusia menjelang 8 tahun, namun masih belum
mempunyai adik, maka dilakukan acara ruwatan. Ini dilakukan untuk menghindarkan
bahaya. Ketika menjelang remaja, tiba waktunya sang anak ditetaki atau
dikhitan.
Orang Jawa kuno sejak dulu terbiasa menghitung dan
memperingati usianya dalam satuan windu atau setiap 8 tahun. Peristiwa ini
dinamakan windon.
0 komentar:
Posting Komentar